Saturday, November 9, 2013

Teori Rules of Thirds dalam fotografi

By Ali Hariono

Salah satu teori komposisi dalam fotografi yang paling banyak diterapkan adalah rules of thirds alias aturan pertigaan. 

Apa itu rules of thirds?


Rules of thirds adalah teori pertigaan yang membagi bidang gambar atau frame kedalam tiga potongan vertical dan horizontal dalam upaya untuk menciptakan keseimbangan komposisi bidang gambar. Di salah satu titik perpotongan inilah seharusnya object utama diletakkan atau di komposisikan. Upaya ini dimaksudkan agar para pemirsa tertarik untuk menjelajah keseluruh bagian bidang gambar / frame foto.
Tentunya tidak ada larangan mau ente letakkin object di tengah frame atau dimana saja, akan tetapi dengan memposisikan object utama disalah satu titik perpotongan pertigaan ini komposisi foto anda akan jauh lebih menarik dan lebih optimal. Jika ente letakkin object di tengah frame, kemungkinkan besar pemirsa akan terpaku pada object di tengah frame ini saja.

Sifat alami mata manusia


Itulah sifat dari mata manusia, jika ente melihat objek di tengah frame maka mata cenderung terjebak pada object ditengah itu saja. Sementara itu, jika objek utama tidak di pusat tetapi di salah satu sudut frame, maka mata ente cenderung berkeliling ke semua sisi frame. Jadi usahakan meletakkan object sedikit bergeser menjauh dari tengah frame agar mendapatkan komposisi yang jauh lebih kuat.

Prinsip rules of thirds


Prinsip dasar di balik aturan pertigaan adalah membayangkan bidang gambar dipecah menjadi tiga bagian secara horisontal dan vertikal, sehingga ente memiliki 9 bagian gambar. Jadi waktu shoot object foto bayangin aja kalo bidang gambar dibagi menjadi tiga bagian secara vertikal dan horizontal. Sebagai contoh gambar berikut ini bisa


Poin of Power


Dengan membayangkan garis-garis ini dalam benak kita ketika akan shoot objek foto, maka akan terdapat empat bagian penting dalam bidang foto yang merupakan titik-titik perpotongan dari garis-garis tersebut diatas. Titik-titik ini lah yang kita sebut sebagai point of power dimana seharusnya kita meletakkan object utama pada salah satu titik-titik ini agar foto kita mempunyai komposisi yang seimbang. Pemirsa akan menuju ke object utama untuk kemudian menjelajah  keseluruh bidang foto.

Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika melihat gambar mata manusia secara alami akan cenderung untuk pergi menuju ke salah satu titik point of power ini bukan langsung ke pusat foto. Untuk alasan ini, aturan pertigaan diformulasikan sesuai dengan sifat dari cara mata manusia melihat gambar, bukan melawannya.
Sebagai contoh perhatikan gambar 1 dibawah ini. sekilas mata kita akan menuju ke object gambar yang paling kuat atau paling menonjol yaitu kepala singa yang besar yang disinari oleh cahaya pagi keemasan sehingga lebih menonjol dibandingkan bagian lain pada bidang gambar. Setelah itu mata kita akan menjelajah keseluruh bagian dalam bidang gambar.

Sang fotografer tahu persis dimana ia harus meletakkan bagian yang paling kuat ini yaitu di salah satu titik point of power – titik perpotongan garis imajiner dalam teori rules of thirds alias aturan pertigaan.



Contoh lain bisa dilihat pada gambar dibawah ini dimana gadis kecil ini sedang duduk di pantai menikmati indahnya air laut didepannya yang biru kehijauan. Dia duduk di salah satu point of power (walau tidak persis banget sich). Si kecil ini sedang memandang kedepan, makanya kita kudu ngasih ruang aktif didepan si kecil ini memandang ke arah laut. Di artikel lain kita akan bicara tentang ruang aktif, ruang didepan object yang sedang bergerak.


Mendobrak aturan

Haruskah kita akan selalu mengikuti aturan pertigaan ini? Fotografi itu seni, jangan membatasi kreatifitas ente dengan aturan baku. Jika ente pingin mengexpresikan sesuatu karya anda just do it …kagak usah mikirin aturan. Karena itulah hakikat dari seni, suatu kebebasan berkarya tanpa ada batasan suatu aturan.
Apakah hanya untuk panorama saja?
Sering sekali ditanyakan tentang rules of thirds ini, apakah hanya diterapkan pada foto landscape saja? Tentunya tidak selalu harus foto landscape, bahkan hampir semua jenis foto bisa diterapkan aturan pertigaan ini.


photos. Th



Perhatikan pada foto diatas ini, pemuda ini sedang menuangkan suatu cairan yang berwarna kekuningan kedalam suatu gentong besar. Cahaya kekuningan yang berasal dari ujung atas sebelah kanan memantulkan cahaya keemasan pada curahan cairan kedalam gentong dan juga cahaya tersebut memantulkan cahaya menyilaukan terhadap penutup gentong (mungkin?). disinilah arah mata kita akan tertuju pertama kali pada cahaya meyilaukan yang ada di salah satu point of power. Untuk kemudian mata kite akan menjelajah keseluruh bingkai foto.


Ray of Light (RoL) yaitu cercahan cahaya yang datang dari sisi kanan atas tersebut membuat kemilau pada rambut pemuda tersebut, cairan yang tertuang dan juga penutup gentong. Cahaya RoL ini memberi kekuatan pada foto ini sehingga tampak sangat alami. 

Wednesday, September 18, 2013

Mengakali Setting Camera Untuk Exposure Terbaik

By Ali Hariono

Sesering apa ente ngedit gambar hasil foto dari kamera karena ternyata hasilnya tidak terlalu cerah atau terlalu gelap? Terkadang bahkan sering sekali kamera kita tidak bisa memberikan hasil yang optimal dalam mengenali object dengan tone yang gelap atau cerah yang memang bawaan, bukan karena cahaya sebut aja arang hitam, lensa warna hitam atau piring ceramic warna putih. Kamera hanya mengenali intensitas cahaya yang ada disekitar object. Oleh karenanya tidak jarang kan hasil foto ente ternyata terlalu gelap atau under exposure (UE) atau terlalu cerah – over exposure (OE). Lihat artikel sebelumnya mengenai teknik exposure dasar.

Bagaimana mengakali setting kamera?



Hampir semua camera digital ada settingan exposure, atau layar kecil untuk melihat object saat kite mo bidik dan jepret object, secara umum bisa digambarkan seperti diagram dibawah ini. 

Ilustrasi layar view finder camera digital - mengatur exposure

Perhatikan dibagian tengah gambar ada skala exposure dari skala -2 (paling gelap), skala 0 (mid tone) dan skala +2 (paling cerah). Skala dari -2 sampai ke +2 ini disebut sebagai dynamic range. Skala ini bisa digunakan untuk merujuk settingan exposure kamera ente, mo digeser ka kanan untuk kecerahan ato digeser kekiri menuju tone gelap sekali; perhatikan setiap stop (pergeseran) kiri atau kanan ditandai dengan posisi kotak kecil hitam dibawah skala yang menandai dimana posisi kompensasi exposure kamera saat ini.  Tanda seperti tameng di tengah skala ini settingan dimana tidak ada kompensasi exposure (skala 0 atau mid tone).

Note:
Settingan ini hanya bisa digunakan jika ente menggunakan mode manual baik Aperture priority (Av), Time priority (Tv) atau full manual (M). untuk mode Automatis tentu saja settingan ini tidak jalan.

Kite kudu ngerti bonar setting kompensasi exposure ini, sebab untuk menggunakan kamera dengan setting manual ente bakalan nggunain kompensasi exposure ini selalu untuk memberikan kompensasi yang tepat.
Untuk memberikan ilustrasi bagaimana tingkat kecerahan object berubah seiring dengan perubahan kompensasi atau control exposure ini maka dibawah ini ada gambar dengan berbagai tingkat kompensasi dari -2EV paling gelap ke tingkat paling cerah  +2EV.

Gb Berbagai foto dengan tingkat kompensasi exposure
Kite semua tahu bahwa sistem kamera dapat mengakomodasi tingkat kesulitan masalah pencahayaan. Namun sistem camera ini tidak sensitif sama sekali dengan tingkat kecerahan atau kegelapan bawaan dari objek tertentu yang mana bisa mempengaruhi cara ente shoot object-object ini. tingkat kesalahan ente dalam mengatur exposure kamera lebih banyak karena pengaruh object dengan warna gelap atau terang bawaan ini.

Object dengan Tone Gelap


Untuk ngebuktiin bagaimana object dengan tone gelap atau hitam kelam bisa mempengaruhi cara kamera membaca exposure maka berikut ini ane ajak ente ke TeKaPe dari experiment foto berikut ini.

Ane gunakan latar belakang kain hitam (jilbab bini ane nich sstt…), sebuah lensa warna hitam dan sendok keramik warna putih. Ini adalah paduan object dengan warna bawaan yang contrast antara hitan dan putih.
Jepretan pertama setting exposure ‘No compensation’ alias setting di tengah skala 0 tanpa kompensasi. 

Coba terka apa hasilnya? Latar belakang dan lensa yang emang berwarna hitam cenderung membuat hasil foto menjadi kecerahan alias Over Exposure (OE). Kenapa hal ini terjadi? Karena sensor kamera menerima tingkat intensitas cahaya disekitar object dan anehnya kamera malah naikin exposure sehingga hasilnya adalah foto yang OE. Kamera salah dalam membaca exposure object yang mempunyai warna bawaan gelap sehingga system kamera menaikkan exposure sampai +2EV atau 18% tingkat kelabu. Object ini hanya diterangi dari cahaya alam dibalik pintu saja, disiang hari bolong yang cukup panas.

Tanpa kompensasi - object gelap jadi over exposure
Perhatikan sendok keramik yang emang berwarna putih, dengan kamera menaikkan exposure sampai +2EV maka sendok ini menjadi sangat cerah sekali.

Nah apa yang kite lakuin agar bisa ndapeting gambar yang seindah warna aslinya? Yach tentunya memberikan kompensasi sampai -2EV kearah gelap. Perhatikan gambar dibawah ini dengan kompensasi +2EV, warna lensa jadi tampak alami begitu juga sendok keramik juga ikut kelihatan alami.

Kompensasi sampai -2EV mengembalikan tone normal
Coba dech buat experiment dengan object dengan warna gelap laiinya misa saja camera Canon ente yang warna hitam itu diletakkan diatas background hitam pekat, apa jadinya?

Object dengan tone putih


Kalo di experiment pertama ane gunakan object dengan tone gelap, kali ini ane coba object dengan tone cerah. Sebuah mangkok dan sendok keramik warna putih diletakkan diatas kertas putih juga.

Kali ane juga kagak memberekan kompensasi exposure, jadi posisi exposure di mid-tone alias 0EV. Apa yang terjadi? Ndilalah hasil fotonya malah gelap alias under exposure (UE) sampai -2EV.

Object dg tone putih jadi UE tanpa kompensasi
Ternyata bukan Cuma object dengan warna gelap atau hitam kelam saja yang bikin kamera salah dalam membaca exposure. Object dengan tone putih cerah pun juga bisa membuat kamera salah dalam membaca exposure.

Untuk itulah, dalam shoot kedua ane kasih kompensasi sampai +2EV agar warna alami dari object putih ini kembali bisa terlihat normal. 

Tone putih kembali normal dengan kompensasi sampai +2EV
Bagaimana dengan object lain yang mempunyai tone cerah walau tidak putih bersih? Ente kudu bikin experiment dengan menaikkan kompensasi exposure dimulai dari +1/3EV sampai full +2EV tergantung tingkat kecerahan bidang gambar secara keseluruhan. Lihat juga pengaruh background terhadap exposure.
Semoga bermanfaat, salam.

Ali H

Tuesday, September 17, 2013

Teknik Komposisi Dalam Fotografi

By Ali Hariono

Tidak disangkal lagi kalo fotografi itu adalah seni, seni menangkap object dengan camera agar bisa diabadikan kedalam sebuah karya foto yang hebat, yang artistic, yang mempunyai karakter dan taste. Karya seni fotografi tersebut tercipta dengan menggabungkan teknik-teknik exposure, komposisi dan style dari sang fotografer.

Kite telah bahas teknik exposure di artikel sebelumnya, nah kini kite bakal kupas masalah teknik-teknik komposisi yang bisa memberikan sentuhan keindahan dan rasa dari suatu karya fotografi.
Kombinasi seimbang antara komposisi dan exposure



Karya besar dari suatu seni fotografi tidek bisa dilepaskan dari teknik-teknik yang berhubungan dengan komposisi, yaitu komposisi seimbang dengan teknik exposure. Karya besar dari seni fotografi dari sang maestro fotografer tidak sekedar menghasilkan karya yang indah, akan tetapi sekaligus bisa memunculkan karakter dan rasa.

Kebanyakan sang maestro fotografer tidak menyangkal kalo pada awalnya mereka bermula dari mengikuti aturan-aturan komposisi seimbang dan dengan sentuhan teknik exposure yang tepat untuk kemudian menghasilkan karya foto yang mempunyai nilai seni tinggi, berkarakter dan menimbulkan rasa.
Dalam teori keseimbangan komposisi, selalu usahakan object utama dalam foto menjadi sangat menonjol dibanding object lain yang ada dalam bidang foto, kalau ada. Object utama ini harus bebas dari segala macam gangguan yang bisa membagi daya tarik selain kepada object utama atao dalam istilah sononya disebut Point of Interest (POI). Keseimbangan komposisi dengan sentuhan teknik exposure yang t inggi bisa menciptakan karya seni fotografi yang bernilai tinggi, berkarakter dan mempunyai taste yang tinggi.

Beberapa Tips komposisi seimbang


Agar bisa menciptakan karya seni fotografi yang hebat, maka ada beberapa aturan untuk menciptakan suatu karya foto dengan komposisi seimbang.

Rules of thirds


Nah lho apa itu rules of thirds? Boleh diartikan sebagai teori atau aturan pertigaan yang merupakan aturan paling penting dalam teori komposisi seimbang. Secara singkat aturan ini menganjurkan kite membagi bingkai foto secara imajiner menjadi tiga bagian secara horizontal dan juga secara vertical. Dari sini akan tercipta empat garis perpotongan antara garis vertical dan horizontal dan titik perpotongan inilah yang disebut “Point of Power”. Di titik inilah seharusnya object anda diletakkan.

Nyang ini ntar kite bakal kupas habis dengan contoh-contoh.

Point of Interest (PoI)


Nggak Cuma ABG yang maunya pingin menonjol menjadi pusat perhatian dalam lingkungannya, sebuah object utama dalam bingkai fotopun harus dibuat paling menonjol dibanding object lain dalam bingkai. Jadi sebelum ente mencet tuch tombol shutter, pastikan terlebih dahulu mana object utama nyang bakal jadi “Point of Interest” - jadi pusat perhatian. Usahakan object lain yang ada dalam bingkai gambar hanya sebagai pelengkap saja. Nah ntar kita bahas juga masalah Point of Interest ini lebih detail.

Cara efektif memotong foto


Sebelum menekan tombol shutter, tentunya kite udah mengkomposisikan object foto sedemikian rupa sehingga nantinya menarik, mengatur setting camera agar bisa memberikan exposure yang bagus dan mak Jepret …..! Nah biasanya nich ada aja yang kagak nyaman kite lihat, yang ada tangan kepotong lah, wajah Nampak kuping doang lah, yach pokoknya ada yang gak enak dilihat. Nah biasanya yang kita lakukan adalah memotong image untuk menghilangkan bagian yang tidak enak dilihat agar bisa tercipata foto dengan komposisi seimbang.

Ntar kita bahas lebih detail bagaimana cara memotong gambar yang efectif.

Mengubah perspektif foto


Kita bisa menciptakan banyak sekali variasi perspektif foto dengan variasi lensa yang kite pakai (baik lensa wide angle, lensa Tele, lensa fish eye) ataupun cara kita memotret dari sudut tembak posisi dan sebagainya.
Nuansa alam yang berbeda dari object yang sama juga bisa menciptakan perspektif yang berbeda pula.

Ruang Active


Jika kita membidik object yang sedang bergerak maju, usahakan memberikan ruang foto lebih luas didepan object yang sedang bergerak tersebut.  Ruang gerak ini lah yang kita sebut ruang active. Sementara ruang dibelakang object yang bergerak ini disebut ruang passive. Hal ini agar bisa memberikan hasil foto yang bersifat dinamis.

Perbesar atau zoom object


Adakalanya kite ketemu suatu object utama yang dikelilingi oleh gangguan yang bisa merusak daya tarik object utama. Bagaimana kite bisa ngakalin agar object ini bisa menjadi kekuatan utama dalam bingkai foto? Perbesar gambar agar seluruh bidang gambar diisi penuh oleh object ini.

Masih banyak tips yang bisa membawa suatu karya foto menjadi suatu karya yang bagus dan bernilai seni yang tinggi.

Semoga berman’faat and Wassalam,

Ali H

Saturday, September 14, 2013

Memahami Pencahayaan Dalam Fotografi

By Ali Hariono

Agar ada fariasi setelah kita lebih banyak membahas exposure dalam fotografi, kali ini ane mo bahas tentang pencahayaan. Memahami pencahayaan dalam fotografi, karakteristik, kualitas, intensitas dan arah cahaya yang bisa mempengaruhi hasil karya foto anda.

Apa yang akan kita pelajari dalam artikel ini?


  1. ·         Apa itu pencahayaan dalam fotografi
  2. ·         Karakteristik cahaya
  3. ·         Kualitas cahaya
  4. ·         Arah cahaya

Ok, kita akan bahas satu persatu yach, kagak ngeguruan kok hanya berbagi sedikit apa yang ane tahu kali aja berman’faat buat mas Bro and mbak Sis.

Apa itu pencahayaan dalam fotografi


Coba aja bayangin kalo kagak ada cahaya meliputi object foto kita, ngelihat object aja kagak bisa …mana mungkin kita bisa membuat foto? Yach cahaya adalah satu elemen paling berperan dalam fotografi, tak ada cahaya tak ada foto bro. begitu pentingnya cahaya, maka sebagai fotografer mas Bro and mbak Sis kudu faham betul masalah cahaya ini, kudu bisa menguasai pengcahayaan dalam fotografi dengan baik, memahami nuansanya dan memahami detail cahaya. Setiap terjadi perubahan cahaya kudu bisa diantisipasi secepat mungkin agar bisa menghasilkan karya foto yang keren.

Agar bisa memahami pencahayaan dalam fotografi, kita kudu faham karakteristik cahaya, bagaimana memperbaiki kualitas cahaya, bagaimana penggunaan fill-in-flash, bagaimana kita ngadepin kondisi dengan cahaya rendah (low light), dan bagaimana pula menghadapi cahaya alami.

Memahami pencahayaan dalam fotografi


Hal pertama yang ente kudu pahami tentang pencahayaan dalam fotografi adalah karakteristik cahaya. Ada empat elemen yang kudu dimengerti mengenai cahaya: kualitas cahaya, warna, intensitas dan arah cahaya. Dalam upaya kite untuk menghasilkan suatu karya foto yang hebat, kite perlu ngendaliin keempat elemen cahaya selama shooting atau editing pada komputer.

Insting kite akan kebangun dengan sendirinya kalo kite udah faham bonar tentang pencahayaan dalam fotografi, bagaimana kita merespon ketika terjadi perubahan cahaya. Misal aja nich cing waktu fajar sebelum menyingsing kan gelap temaram tuch, begitu sekian detik nuansa diufuk timur cepat sekali berubah dari gelap kemerahan menjadi terang kekuningan. Dalam beberapa saat saja dengan model yang sama, ente bisa membuat beberapa foto dengan nuansa alam dan warna yang berbeda.

Karakteristik Cahaya

Tak ada cahaya, tak foto – begitu katenye engkong gwe sebab kalo tak ada cahaya masuk ke sensor camera kagak bakal tercipta gambar alias gelap gulita. Sebagai seorang fotografer, ente perlu memahami karakteristik cahaya dan dapat melakukan pengaturan camera sesuai dengan cahaya yang tersedia.
Keempat unsur karakteristik cahaya (kualitas cahaya, warna, intensitas dan arah cahaya) kudu bisa dikendalikan selama shooting object ato selama editting gambar di computer. Selama shooting beberapa pengaturan camera yang tepat kudu dilakukan meliputi pengaturan ISO, pemilihan white balance, picture style, metering, aperture, shooting angle, posisi pengambilan gambar, dan sebagainya. Dan hal terakhir adalah pengolahan gambar dalam komputer untuk memperbaiki cahaya hanya jika perlu saja, jangan biasakan "mengoreksi cahaya" dalam komputer . Sebagai seorang fotografer ente kudu mastiin bahwa hasil dari kameralah upaya terbaik ente dalam menghasilkan foto-foto.

Walaupun dikamar yang gelap, sekecil cahaya yang ada bisa juga dimanfaatkan untuk menghasilkan foto dengan cara mengatur camera sedemikian rupa.

Kualitas cahaya



Salah satu karakter cahaya yang perlu difahami adalah kualitas cahaya. Salah satu cara mengukur kualitas cahaya adalah ngelihat bayangan yang tercipta. Contoh ketika langit cerah panas terik, bayangan yang tercipta juga kuat. Camera akan bekerja keras agar bisa merecord detail setiap bagian object baik yang disinari oleh cahaya kuat ataupun bagian yang tertutup bayangan. 

Gb 1 Bayangan yang kuat
Nah contoh foto diatas ini kaki ane sendiri waktu dipantai yang lagi terik, kelihatan kan betapa kuatnya cahaya sehingga menciptakan bayangan yang kuat juga.

Dipagi hari situasi akan berbeda dimana cahaya dan bayangan berbeda tipis, lembut sekali sehingga sangat cocok untuk foto close up model ente. Di senja bikin foto siluet sangat bagus jika matahari hampir tenggelam diufuk barat, nuansa akan terlihat merah kekuningan.

Kite bisa memperbaiki kualitas cahaya dalam skala yang kecil dengan menggunakan peralatan seperti diffuser, reflector, fil-flash, atau sejenisnya. Akan tetapi ente kagak bisa ngatur cahaya landscape yang berupa sinar matahari, ente kudu nunggu adanya cahaya yang sesuai agar optimal. Untuk nuansa landscape yang paling bagus adalah golden hours – alias jam-jam keemasan antara jam 6 pagi sampai jam 8. Seperti terlihat pada gambar berikut ini sesaat sebelum matahari tenggelam.

Gb 2 - Cahaya sunset bikin gambar siluet
Pada gambar ini backlight dari sinar matahari yang menimpa model dilatar depan menghasilkan effect siluet yang indah. Sunset memberikan warna yang hangat, warna yang uniform kuning keemasan yang membangkitkan atmosfir yang romantic. Bidang gambar dipenuhi oleh warna cerah kuning keemasan, model dikomposisikan pada salah satu sisi frame pada salah satu point of power. Ntar lain kali kita bahas masalah ini.

Intensitas cahaya


Jika kite bicara cahaya dalam fotografi, cahaya itu mempunyai temperature. Temperature cahaya bisa disesuaikan dalam camera dengan memilih setelan white balance dan picture style yang tepat. Selain itu, suhu warna mudah untuk diperbaiki dalam komputer dengan menggunakan alat editing gambar seperti Adobe Photoshop. Warna juga dapat dipengaruhi dengan menggunakan filter, seperti filter biru untuk membuat warna-warna sejuk, filter kuning dapat digunakan untuk menciptakan nuansa efek kehangatan pada foto.

Lain halnya dengan suhu warna cahaya yang dapat membangkitkan rasa dalam gambar, intensitas cahaya mengambil peran yang sangat penting dalam menghasilkan gambar yang bagus dalam kaitannya dengan exposure. Semakin besar jumlah intensitas cahaya, semakin kecil aperture, sementara kamera masih mampu memberikan kecepatan shutter. Shutter speed yang tinggi dapat membekukan objek yang bergerak cepat. Event-event action sport perlu menggunakan speed tinggi, yang berarti perlu intensitas cahaya yang besar. Kecepatan lensa dan aperture yang lebar sangat diperlukan untuk sport action fotografi.

Gb 3 Kecepatan rana membekukan propeller chopper 
Perhatikan gambar diatas ini, gambar ini diambil ketika chopper dengan sling menurunkan peralatan waduk pengendali limbah tambang di Borneo. Ketika itu cuaca mendung berawan. Ane stel camera pada aperture f/6.3, ISO 100 dan mendapatkan speed 1/500sec untuk bisa membekukan baling-baling chopper yang bergerak cepat. Ane harus membujuk petugas safety agar bisa mendekat untuk mengambil gambar ini.

Arah cahaya


Ada tiga arah cahaya yang bisa kita gunakan untuk menyinari object foto, cahaya dari arah belakang (backlight), cahaya dari arah samping (side light) dan cahaya dari arah depan (front light). Masing-masing arah cahaya memberikan rasa yang berbeda bila diterapkan pada objek.

Gb 4 Efek halo dari sinar matahari pagi

Backlighting, yaitu cahaya yang datang dari arah belakang dapat menghasilkan efek gambar siluet pada objek dan juga dapat menghasilkan sesuatu seperti efek 'halo' dan menimbukan suasana hati yang dramatis.
Perhatikan pada foto diatas yang diambil di pagi hari sekitar jam 07.00 yang merupakan golden hours, sinar matahari menyinari daun dari arah belakang sehingga menimbulkan efek ‘halo’ disekitar pinggiran daun. Ingat jangan sampai sinar masuk ke lensa anda agar tidak timbul efek flare yang mengurangi contrast gambar. 

Biasanya penggunaan lens hood (tudung lensa) bisa memayungi lensa dari sinar masuk ke lensa.
Arah cahaya dari samping dalam fotografi umumnya digunakan pada fotografi landscape untuk memberikan detail tekstur dari lanskap. pencahayaan dari arah depan biasa digunakan dalam fotografi close-up, baik cahaya alami ataupun cahaya buatan di studio foto.


Salam,
Ali H

Friday, September 13, 2013

Pengaruh Background Gelap dan Cerah Terhadap Exposure

By Ali Hariono

Ane da bahas masalah exposure di seri belajar fotografi sebelumnya yang mengupas segitiga exposure. Kita tahu ada tiga pilar yang mempengaruhi bagus tidak nya hasil karya foto ente yaitu setting ISO speed, Shutter speed, dan Aperture jika dilihat dari kacamata exposure. Sekarang ane mo bahas masalah praktis tentang background fotografi, bagaimana pengaruh background yang gelap atau terang terhadap exposure camera mas Bro and mbak Sis.

Pengaruh Background


Sering kita ngadepin masalah exposure camera jika menghadapi situasi tertentu. Terkadang kita sering menyalahkan object foto sebagai satu-satunya factor kesalahan kita dalam menerapkan exposure sehingga menghasilkan gambar yang tidak sesuai harapan kita. Gambar yang tidak jelaslah, gambar kegelapan alias kelabu lah (alias under exposure – UE), ato gambar yang terlalu cerah alias over exposure (OE) lah. Sebenarnya bukan cuma object foto yang membuat kesalahan exposure, background foto haruslah dimasukkan sebagai factor penyumbang kesalahan camera dalam membaca exposure.

Terkadang object yang tergolong mid-tone yang sebenarnya mudah saja kita membidiknya untuk menghasilkan foto dengan exposure yang bagus, akan tetapi kondisi background yang tidak normal baik gelap atau cerah yang berlebihan menyebabkan camera salah dalam membaca exposure. Tingkat kesalahan ini tergantung seberapa luas area background dalam bidang foto yang ditempati oleh si object. Masih bingung kan? Ntar ane kasih beberapa experiment agar lebih jelas….so duduk manis yach.

Metering camera


Bukanlah perkara mudah sebuah camera untuk menentukan seberapa akurat kamera menjelajahi obyek. Hal ini tergantung pada metering mode yang Anda pilih pada kamera saat njepret suatu object. Sebagai contoh, jika Anda menggunakan spot metering dimana camera menggunakan hanya daerah kecil saja di tengah frame, sedangkan objek tidak berada di tengah frame maka camera akan kurang akurat dalam membaca exposure, terutama jika background cerah atau gelap. Dalam beberapa experiment ntar akan terlihat jelas bagaimana camera menjadi salah dalam membaca exposure jika berhadapan dengan background cerah atau gelap.

Background putih, tanpa kompensasi


Experiment pertama menggunakan sebuah bidang background berwarna putih cerah (diwakili oleh kertas putih lebar) dan sebuah object boneka kecil yang berada disisi kanan bidang frame seperti terlihat pada gambar 1 berikut ini. boneka menempati area bidang frame sekitar 30% saja.


Exposure camera disetel pada default ‘tanpa kompensasi’ sementara metering mode yang digunakan adalah spot metering. Apa yang terjadi? Perhatikan gambar ini lah hasil dari exposure camera ini – tanpa kompensasi alias 0EV.

Gb 1 Background putih – tanpa kompensasi – hasilnya -2EV

Hasil ini sangat mengejutkan karena ternyata hasilnya Under Exposure sampai -2EV. Inilah kesalahan yang paling banyak dialami oleh peminat fotografi pemula yang menggunakan mode manual setting.
Kompensasi sampai +2EV

Experiment kedua ane lakukan untuk mengatasi masalah background cerah ini yaitu dengan memberikan konpensasi sampai +2EV dan masih menggunakan spot metering yang sama. Walhasil adalah foto yang jauh lebih natural dibanding tanpa konpensasi.


Gb 2 - Background cerah, kompensasi +2EV – hasilnya bagus
 
Kesimpulan apa yang bisa kita ambil disini? Untuk membidik object dimana bidang frame didominasi oleh latar yang cerah atau putih, berikan kompensasi mulai dari +1EV sampai +2EV untuk mendapatkan hasil foto dengan exposure yang tepat.

Memperbesar Object dengan background gelap


Kali ini ane ngelakuin experiment ketiga dengan menggunakan background berwarna hitam kelam. Benarnya background ini dari kerudung hijab milik bini ane, tapi dienya kagak tahu cing ….sstttt..! Nah object nya apa? Yaitu tuch lensa 70-200mm sama cangkir warna putih ame lepeknya. Cangkir yang biasa nemenin ane ngopi or ngeteh kalo da mulai ngantuk.

Perhatikan gambar berikut, object di zoom alias diperbesar hampir memenuhi bidang frame foto,  jadi kalo ditotal jumlah warna hitam (gelap) ame warna putih (cerah) hampir fifty-fifty. Camera di setting tanpa ada kompensasi exposure, jadi default mid-tone (0EV). Apa hasilnya? Sempurna seperti yang kita harapkan, gambar tercipta dengan keseimbangan tone yang bagus.

Gb 4 Tone object yang cerah dan background gelap menciptakan keseimbangan tone – tak perlu kompensasi 
Dengan kombinasi yang seimbang antara gelap dan terang menghasilkan tone yang seimbang pula, sehingga dengan default exposure – tanpa kompensasi exposure menghasilkan foto yang sempurna juga.

Memperkecil Object dengan background gelap


Experiment diatas dilakukan saat object di zoom alias diperbesar dengan background gelap. Experiment berikut ini, dengan masih menggunakan object yang sama yaitu lensa cangkir dan lepek tapi object dikecilkan sehingga porsi object hanya menempati sekitar sepertiga saja dari bidang latar gelap seperti terlihat digambar berikut.

Gb 4 Background gelap menempati area luas di frame, hasilnya -1.3EV
Dengan setelan exposure ‘tanpa kompensasi’ di setting default, hasil nya tentu mengejutkan karena gambar menjadi lebih cerah sekitar +1.3EV. Area background gelap yang luas telah memberikan kesalan camera dalam mebaca exposure. Untuk itulah ane ulang dengan kompensasi -1.3EV dan hasilnya perfect exposure.
Perbesar Object dengan background cerah

Sekarang kita lihat experiment ane jilid tiga untuk membuktikan bagaimana background yang cerah bisa menipu camera dalam membaca exposure. Kali ini ane gunakan background putih cerah dari kertas ukuran A0. Object yang digunakan masih sama, hanya mengganti background cerah.

Perbesar object dengan background cerah


Sesi pertama dalam experiment ini adalah memperbesar object alias di zoom sehingga object hampir menempati seluruh bidang gambar dan menyisahkan sedikit area background cerah. Dengan shooting tanpa memberikan kompensasi alias default, coba tebak apa hasilnya? Hasilnya adalah perfect seperti terlihat digambar berikut ini.

Gb 5 Object hampir menempati seluruh bidang frame dengan menyisahkan sedikit background cerah – hasilnya perfect dengan ‘no compensation’

Perkecil object dengan background cerah


Sesi kedua dalam experiment ini adalah dengan memperkecil object sedemikian rupa sehingga hanya menempati sekitar 30% saja dari area background yang cerah. Dengan setelan tanpa kompensasi, coba tebak apa hasilnya? Udah pasti ente da bisa nebak, gambar jadi under exposure (UE) hampir -2EV sperti terlihat digambar berikut ini. dengan object yang menempati area background yang luas dimana tone menjadi dominan warna cerah telah menipu camera dalam membaca exposure sampai -2EV.

Gb 6 Object menempati area kecil saja pada background cerah, hasilnya -2EV tanpa kompensasi

Nah agar mendapatkan exposure yang perfect maka ane bikin kompensasi sampai +2EV dan ente lihat hasilnya cing ….perfect, natural hasilnya seperti terlihat pada  gambar berikut ini.

Gb 7 Camera dikompensasi sampai +2EV untuk mendapatkan exposure yang perfect
Background cerah yang luas bisa menipu camera dalam membaca exposure sampai -2EV. Ente yang sedang belajar fotografi kudu ngerti hal yang beginian, dan make sure memberikan kompensasi sampai +2EV untuk background cerah yang dominant.

Kesimpulan:


Bagaimana kontribusi background dalam mempengaruhi camera dalam membaca exposure tergantung pada factor berikut ini:
  1. ·         Seberapa luas background
  2. ·         Seberapa gelap atau cerah background
  3. ·         Seberapa gelap atau cerah object

Kesemua factor ini memberikan kesalahan exposure significantly.
Semoga berman’faat …amin, Wassalam.

Ali H

Thursday, September 12, 2013

Sei Belajar Fotografi Memahami Aperture

By Ali Hariono

Aperture atau diafragma memegang peran yang sangat penting dalam fotografi exposure. Untuk belajar fotografi tidak boleh melewatkan yang satu ini. Artikel ini kelanjutan dari artikel sebelumnya yang membahas teknik Exposure.

DOF


Ane da bahas kemarin masalah segitiga exposure yang meliputi Shutter speed, ISO dan Aperture. Nah tuch nyang aperture belom dibahas cing …sekarang nich giliran aperture bakal kita sikat habis tuntas, otree?
Dalam membahas masalah aperture kita mesti memahami apa itu yang disebut dengan Depth of Field (DoF) atau ketajaman bidang gambar. Untuk memahami apa itu DOF ane akan memberikan beberapa foto dengan bermacam jenis DOF.

Perhatikan gambar no 1 dibawah ini, dari ketiga penari cilik ini yang paling mendapatkan ketajaman bagus adalah yang terdepan. Penari nomor dua kurang mendapatkan ketajaman gambar apalagi yang paling belakang hampir blur atau istilah dalam fotografi Bokeh – ketajaman object utama sementara object lain di blur.


Ini istilahnya gambar mempunyai ketajaman yang sempit saja, DOF yang sempit. Data teknis dari gambar adalah Lensa Canon EFL 70-200 IS pada aperture f/4; shutter speed 1/250 detik; ISO speed 200 dan pada focal length 165mm. Dengan focal length 165mm dan diafragma f/4 sudah bisa membuat kedalaman bidang yang sempit hanya pada penari paling depan saja.

Gb 1 - DoF yang sempit
Satu contoh lagi adalah foto kedua dibawah ini, masih dengan object penari cilik dengan custum tradisional. Si kecil mungil ini ane shoot pake camera dan lensa yang sama, aperture juga f/4; ISO 200 hanya focal length maksimum 200mm. ente lihat kan cing betapa ketajaman pada bagian kepala si bocah kecil ini sangat tajam sementara area sekitarnya tampak blur alias Bokeh. Kedalaman gambar dipengaruhi oleh seberapa besar diafragma lensa anda dibuka. Semakin lebar bukaan aperture semakin sempit ketajaman bidang gambar (DOF).

Gb 2 - DoF lebi sempit
Sekarang ane mo kasih satu contoh foto lagi akan tetapi dengan setelan aperture yang berbeda, lebih sempit bukaan diafragmanya. Perahu perahu ini lagi bersandar di sisi pantai di Sendang Biru Malang, ente lihat nich cing semua perahu bahkan sampai pepohonon dikejauhan tampak jelas tidak blur. Kedalaman dari bidang foto sangat luas sekali. Camera masih sama akan tetapi lensa yang dipakai adalah Canon EFS 17-85mm di setel pada ISO 100, aperture f/13, speed shutter 1/100 detik dan focal length 17mm.

Kite bisa lihat dari gambar ini bahwa dengan setelan diafragma yang dibuka sempit f/13 maka ketajaman bidang gambar (DOF) menjadi lebar dan luas meliputi seluruh bidang gambar. 

Gb 3 - DOF yang lebar - semua bidang jelas
Nah sekarang jelas kan kalau diafragma atau setelan aperture itu berpengaruh kepada kedalaman gambar atau ketajaman bidang gambar. Semakin dibuka lebar diafragma lensa anda (misal f/1.8; f/2.8) maka ketajaman bidang gambar menjadi sangat sempit yang kemudian disebut Bokeh, dan sebaliknya semakin sempit diafragma dibuka (misal f/13 atau f/22) maka ketajaman bidang gambar semakin luas.

Gb 4 - Aperture Lensa
Gambar diatas ini memberikan ilustrasi bukaan diafragma pada berbagai setelan aperture. Perhatikan untuk aperture f/2.8 bukaan diafragma lebar sekali dan semakin besar aperture semakin sempit bukaan diafragma.

Diafragma dan Shutter Speed


Mengingat shutter speed dan aperture (diafragma) adalah dua pilar dari segitiga exposure maka kedua nya saling terkait satu sama lain. Kombinasi yang tepat antara shutter speed dan aperture bisa memberikan exposure yang tepat sehingga menghasilkan gambar yang bagus pula. Camera mengatur exposure menggunakan parameter-parameter shutter speed dan aperture. Diafragma dengan setelan aperture sempit akan menghasilkan DOF yang luas, alias detail area tercover semua. Sementara shutter speed yang tinggi bisa membekukan object yang bergerak cepat.

Membekukan gerakan cepat


Perhatikan gambar no 4 dibawah ini, para pekerja tambang ini sedang melompat bersamaan di senja temaram dipinggir danau galian tambang di bumi Borneo timur. Agar gerakan mereka melompat keudara bisa dibekukan maka ente kudu nyetel kecepatan camera (shutter speed) secepat mungkin misal 1/500 detik. Karena cuaca sore itu mulai temaram, ISO camera di setel pada 400, aperture disetel pada f/8. Karena object gambar berada didepan latar belakang yang cerah maka gambar jadi siluet, alias gelap temaram membentuk bayangan. 
Gb -5 Membekukan gerak
Shutter speed dan aperture saling terkait satu sama lain. Jika aperture di setel sempit, maka shutter speed jadi lebih lambat. Begitu juga sebaliknya jika aperture di setel lebar (misal f/2.8 atau f/1.8) maka shutter speed jadi bertambah cepat.

Melembutkan gerakan lambat


Sekarang kita ambil contoh lain yaitu memberikan efek lembut pada gerakan air yang mengalir sehingga air terlihat seperti salju. Untuk bisa memberikan efek gerakan lembut seperti riak ombak laut terlihat seperti salju maka intinya adalah memberikan shutter speed yang rendah sekitar 1 sampai 4 detik.

Bagaimana caranya memperoleh kecepatan serendah itu tanpa harus menghilangkan kualitas gambar yang bagus? Usahakan mengambil gambar sesaat sebelum matahari terbit dipagi yang temaram atau sejenak matahari akan atau setelah tenggelam. Saat itu cahaya sekitar terlihat kemerahan temaram tapi masih jelas. Setel camera ente pada aperture serendah mungkin sekitar f/13 atau f/22. Usahakan ISO di setel serendah mungkin sekitar 100 agar detail gambar terlihat tajam dan jelas. Mainkan kombinasi aperture untuk bisa memberikan speed yang rendah sehingga riak ombak laut menjadi lembut. 

Gb -6 Melembutkan gerakan 
Perlu mas Bro and mbak Sis perhatikan bahwa dengan setelan shutter speed yang rendah, pegangan tangan pada camera sangat rentan terhadap gerakan yang bisa berakibat gambar goyang. Makanya usahakan menggunakan Tripod yang sangat kokoh bila perlu menggunakan remote shutter.

Untuk memahami korelasi antara shutter speed dan aperture ada baiknya ente merhatiin gambar berikut ini. perhatikan yang disebut pergeseran control aperture satu klik disebut satu stop. Satu stop memberikan tambahan ½ atau 1/3 tergantung camera, agak rumit kelihatannya akan tetapi kalo ente merhatiin ada semacam rumusan tertentu. Kalo udah biasa maka ente kagak akan merhatiin berapa nilai aperture ato speed, yang penting memberikan kendali camera baik menaikkan atau menurunkan sekian stop untuk bisa memberikan kualitas gambar yang kita inginkan.

Gb - 7 Ilustrasi Aperture dan shutter speed

Perhatikan jika ente mebuka aperture lebih lebar, maka perlu memindahkan kekiri satu stop atau lebih. Sebaliknya jika ente pingin menyempitkan aperture maka gerakkan kekanan satu stop atau lebih.
Pada beberapa model camera, pergeseran stop untuk shutter speed bisa kearah geser kekanan untuk naik speed atau sebaliknya. Pada gambar diagram diatas, untuk shutter speed yang naik pergeseran kearah kanan.

Semua kamera digital menggabungkan exposure dan mengendalikan sistem secara otomatis. Namun, bahkan sistem metering canggih sekalipun tidak akan dapat benar-benar memahami apa yang kamera lihat atau apa yang diinginkan oleh fotografer. Jadi Anda sebagai fotograferlah yang harus melakukan pengaturan dan kendali kamera secara manual untuk menghasilkan eksposur yang tepat sehingga menciptakan foto hebat seindah warna aslinya.

Exposure pada cahaya extreme


Camera akan bekerja sangat keras ketika ente memotret object dengan tingkat cahaya extreme. Pada jaman camera manual dulu hal ini istilahnya disebut sebagai latitude exposure, sementara sekarang di jaman camera digital hal ini disebut sebagai dynamic range.

Jika kita mo metret temen ketika matahari lagi terik-teriknya misal di pantai di siang hari bolong, akan sangat sulit bisa memotret dengan benar dimana semua sudut mendapatkan exposure yang baik baik pada bayangan ato pada bagian yang terang. Pada bagian bayangan biasanya sangat gelap dan jika kita beri terangkan maka bagian lain akan mendapatkan kelebihan cerah atao OE.

Untuk itulah ente kudu ngakalin dengan memberikan lampu blitz agar bisa menerangi bagian tubuh yang terkena bayangan. Perhatikan gambar berikut ini yang emang ane rekam dipantai dengan menyalakan lampuu blitz agar bisa memberikan cahaya pada wajah walau cahaya matahari sangat terik, lihat aja bayangan tuch cowo kuat sekali bukan.
Gb 8 - Dynamic range 
Camera digital mempunyai dynamic range selebar 4EV, +2EV diatas Midtone dan -2EV dibawah midtone. Hal ini akan dibahas lebih detail di artikel ane yang lain, tunggu yach!
Semoga bermanfa’at, Wassalaam.

Ali H

Wednesday, September 11, 2013

Exposure Fotografi Teknik Memotret Yang Benar

By Ali Hariono

Salah satu teknik memotret yang benar dalam kita belajar fotografi adalah memahami teknik exposure camera digital utamanya menggunakan camera SLR digital. 

Apa yang akan ane bahas dalam artikel ini?
  1. Memahami bagaimana camera menangkap suatu object foto
  2. Berbagai macam jenis exposure
  3. Konsep exposure

Nah lho apa itu exposure? Exposure itu sendiri kalo di Bahasa kan artinya paparan, jadi kalo dalam fotografi apa nich?

1. Bagaimana camera menangkap object?


Ok, sebelum memahami apa itu exposure ane akan bahas terlebih dahulu kita fahami bagaimana camera menangkap object gambar kemudian memprosesnya agar bisa tampil di layar monitor kecil camera.

Camera bisa menangkap object hanya jika ada cukup cahaya masuk kedalam sensor camera. Jadi disini cahaya adalah elemen utama dalam suatu fotografi, tanpa ada cahaya maka tidak ada gambar bagus yang akan dihasilkan. 

Gb.1 Penampang camera 

Perhatikan gambar diatas ini, ini ane dapet dari Mas Wiki dari Om Google juga sich. Object gambar ditangkap camera kalo ada cahaya yang mencukupi masuk melalui lensa (saat tombol shutter di buka atau tombol ditekan) kedalam sensor cahaya (light sensor) untuk kemudian diproses menjadi image.

Jadi da jelas nich cing yach bagaimana proses camera menangkap object kemudian diproses menjadi gambar. Kagak usah mikirin proses dalam camera itu sendiri euii …kagak bakal belajar belajar kita nich …yang penting ada cahaya cukup agar bisa menghasilkan gambar. Nah upaya kita untuk bisa menghasilkan gambar yang bagus atau sempurna itulah yang kita sebut sebagai exposure. Dengan exposure yang bagus, akan menghasilkan gambar yang perfect sempurna.

2. Berbagai jenis exposure


Sebelum melangkah lebih jauh bahasan kita tentang exposure ane mo bahas terlebih dahulu jenis-jenis exposure dalam fotografi. Perhatikan gambar dibawah ini, ini adalah hasil gambar dengan exposure yang bagus. Cahaya yang cukup dengan setelan camera yang sesuai akan menghasilkan exposure yang bagus juga, dan gambar yang dihasilkan sempurna.   

Gb 2 - Exposure yang bagus - Lensa EFL 70-200 IS f/4.0
Ketika suatu camera tidak bisa menerima cukup caharya dari object yang akan kita potret, dengan kata lain bahwa object gambar tidak mendapatkan sinar yang mencukupi maka camera akan menerima cahaya lebih sedikit. Akibatnya gambar yang dihasilkan pun menjadi redup, kegelapan atau kelabu tidak jelas. Kondisi seperti kita sebut sebagai Under Exposure (UE) – dibawah exposure.

Under Exposure


Untuk memberikan contoh gambar dengan hasil UE maka gambar berikut sengaja dibuat dan disetel agar menghasilkan gambar yang gelap alias gambar yang under exposure. Cahaya kurang, setelan camera yang salah, tidak ada flash hidup, dalam arti setelan exposure yang kurang bagus. Hasilnya yach ini, walau di potret di luar saat sore masih cerah, tapi setelan exposure camera yang kurang bagus menghasilkan gambar yang redup alias gambar yang UE.

Gb 3 - Gambar yang Under Exposure

Dengan object yang sama dan juga intensitas cahaya disekitar object juga masih sama, walau ada sedikit selisih beberapa detik lebih sore sich cing …gambar di potret lagi dengan setelan yang tepat maka ente lihat nich hasilnya jauh lebih bagus, lebih cerah gambarnya …ini lah perfect exposure, exposure yang tepat dengan memanfaatkan cahaya sekitar.

Gb 4 - Gambar dengan exposure diperbaiki

Over Exposure


Untuk belajar fotografi lebih jauh kita juga kenali terlebih dahulu gambar yang kelebihan cahaya atau dikenal dengan gambar yang Over Exposure (OE).

Jika camera menerima cahaya berlebihan dari object, dengan kata lain ada cahaya berlimpah disekitar object maka sensor camera akan menangkap object dengan cahaya berlebihan juga. Apa hasilnya? Gambar yang dihasilkanpun menjadi berlimpah cahaya alias super cerah, nyentrong, silau maaannn, dan inilah yang kita sebut sebagai OE.

Perhatikan contoh gambar dibawah ini, gambar dengan hasil OE. Langit disisi atas kiri terlihat cerah sekali sangat mengganggu karena cahaya sore diufuk barat lagi nyentrong …mencorong sangat kuat sementara gambar pasangan ABG ini terlihat bagus kalau saja cahaya disisi atas itu bisa dinetralkan. Gimana ngakalinnya? Ntar dulu dech ….

Gb 5 - Gambar yang Over Exposure
Kedua ABG ini bukan lagi dipantai lho cing…salah …mereka lagi di pinggir wetland …alias danau buatan dari bekas galian tambang. Ngapain tuch cewe…lagi main game cing diliatin ame tuch cowo diatasnya ….cahaya diatas menghasilkan sisi yang exposure. Jika lensa dilengkapi dengan filter Circular polarized maka hasilnya akan beda, akan tampil lebih natural.

Agar ente bisa menghasilkan gambar yang bagus …gambar yang super kate Om Mario Teguh …maka ente kudu merhatiin teknik exposure dengan bonar cing. Inti dari teknik exposure adalah mengatur jumlah cahaya yang masuk ke sensor camera sehingga menghasilkan gambar yang super. Diartikel lain nanti ane mo bahas lebih dalam masalah ini.

Nah sekarang ane mo bahas lebih dalem lagi teori dibalik exposure ini, duduk nyang manis and doa dulu cing…amin.

Konsep Exposure


Belajar fotografi akan lebih mantap kalau faham betul konsep dari exposure dalam fotografi. Ada tiga pilar utama dalam exposure yang umum disebut sebagai segitiga exposure seperti terlihat pada gambar berikut ini. ketiga pilar segitiga exposure ini berkaitan erat dengan cahaya, bagaimana cahaya masuk dan berinteraksi dengan sensor camera.

Ketiga pilar ini adalah:

  1. Kecepatan ISO – biasa digambarkan dengan angka 80, 100 sampai 1600 bahkan beberapa camera digital bisa sampai 3200.
  2. Kecepatan shutter – biasa disebutkan sebagai satuan sekian detik cahaya masuk ke sensor camera
  3. Aperture – adalah bukaan diafragma lensa.

Apa itu semua? Ntar dulu cing…sabar euii …

Gb 6 Segitiga Exposure
Jika kita ibaratkan cahaya sebagai sebagai air yang mancur, maka air yang memenuhi sebuah gelas dengan penuh itulah ibarat foto dengan exposure yang benar. Masalahnya berapa lama gelas itu penuh itu yang kita sebut sebagai shutter speed.

Perhatikan gambar ilustrasi dibawah ini, kran air yang mengisi gelas dengan air. Kran air itu ibarat diafragma atau aperture. Semakin lebar kran dibuka, maka air mengucur semakin kuat dan akibatnya gelas lebih cepat penuh. Jadi kalau diafragma dibuka lebar maka shutter speed semakin cepat memenuhi sensor camera. Dengan kata lain, diafragma lebar (aperture besar misal f/2.8 atau f/1.8) maka cahaya masuk lebih besar, sehingga camera njepret semakin cepat.

Sebaliknya jika kran dibuka kecil saja, maka air mengalir kecil juga dan butuh waktu lama untuk memenuhi gelas. Jadi kalau diafragma dibuka kecil (atau aperture kecil misal f/11 atau f/22) maka cahaya yang masuk juga kecil sehingga semakin lama memenuhi sensor camera, akibatnya camera akan njepret lebih lama.   

Gb 7 - Analogy diafragma dan cahaya
Nah jelas kan cing, kalo kalo banyak cahaya kan camera kita akan njepret cepat sekali, alias shutter speed nya tinggi misal 1/200 detik atau 1/400 detik. Sebaliknya kalo cahaya sedikit maka camera njepret lebih lambat yang mengakibatkan gambar jadi buram karena goyangan tangan megang camera terasa.

Bagaimana dengan ISO?


Dalam belajar fotografi diatas kita da bahas kaitan antara shuter speed (kecepatan camera njepret) dengan diafragma (aperture). Sekarang kita bahas ISO speed.

Komponen ketiga dalam segitiga exposure adalah ISO speed. ISO itu adalah tingkat sensitifitas sensor camera terhadap cahaya. ISO menggandakan intensitas cahaya yang masuk kedalam sensor. Jadi kalau ISO di camera disetel ke setelan rendah misal 100 atau 80, maka akan butuh waktu lebih lama sensor terexpos atau terpapar cahaya yang masuk lewat lensa camera. Dengan setelan ISO yang rendah akan menghasilkan kualitas detail image yang lebih tinggi, lebih jernih dan lebih tajam.

Sebaliknya jika setelan ISO camera adalah tinggi misal 800 atau 1000, maka waktu yang dibutuhkan sensor camera terexpos ke cahaya bakal lebih cepat. Ada sisi negatifnya yaitu jika ISO semakin tinggi, tingkat noise (gambar berbintik kurang tajam) juga semakin tinggi. Akibatnya adalah kualitas gambar kurang tajam, banyak noise karena data yang diterima oleh camera digandakan oleh sensor.

Setting ISO yang bagaimana?


Belajar fotografi lebih lanjut tentang ISO adalah kapan menggunakan setting ISO rendah dan kapan harus tinggi? Setting ISO berkaitan dengan intensitas cahaya yang ada. Dan semua itu berkaitan dengan kecepatan camera menangkap object atau kecepatan shutter camera.

Jadi jika cahaya disekitar object gambar kecil banget, maka loginya adalah menaikkan setting ISO speed. Di pagi hari atau malam hari yang masih gelap, naikkan ISO lebih tinggi misal 400 atau 800. Dengan ISO yang tinggi maka kualitas gambar semakin berkurang, banyak noise, kurang tajam dan berbintik karena camera menggandakan cahaya yang masuk.

Di siang hari yang cerah dimana cahaya begitu melimpah, gunakan setting ISO yang rendah misal 80 atau 100, jadi cahaya yang masuk di camera tidak perlu dilipatkan sehingga kualitas gambar menjadi sangat bagus sekali dan tajam.

Apakah aturan ini selalu begitu, kalau cahaya kecil ISO dinaikkan? Tidak selamanya begitu, misal di malam hari jika kita ingin mendapatkan gambar suasana malam dari atas gedung misalnya, maka gunakan Tripod dan setel ISO camera pada yang paling rendah misal 80 atau 100. Tentunya kecepatan camera menjadi sangat rendah sekali bisa sekitaran 5 atau 7 detik, dna ini sangat rentan terhadap goncangan camera. Makanya ente kudu pakai Tripod yang kokoh biar camera tidak goyang sedikitpun sehingga hasil gambar tajam dan indah.

Bersambung