By
Ali Hariono
Salah
satu teknik memotret yang benar dalam kita belajar fotografi adalah memahami
teknik exposure camera digital utamanya menggunakan camera SLR digital.
Apa yang
akan ane bahas dalam artikel ini?
- Memahami bagaimana camera menangkap suatu object foto
- Berbagai macam jenis exposure
- Konsep exposure
Nah lho
apa itu exposure? Exposure itu sendiri kalo di Bahasa kan artinya paparan, jadi
kalo dalam fotografi apa nich?
1. Bagaimana camera menangkap object?
Ok,
sebelum memahami apa itu exposure ane akan bahas terlebih dahulu kita fahami
bagaimana camera menangkap object gambar kemudian memprosesnya agar bisa tampil
di layar monitor kecil camera.
Camera
bisa menangkap object hanya jika ada cukup cahaya masuk kedalam sensor camera. Jadi
disini cahaya adalah elemen utama dalam suatu fotografi, tanpa ada cahaya maka
tidak ada gambar bagus yang akan dihasilkan.
Gb.1 Penampang camera |
Perhatikan
gambar diatas ini, ini ane dapet dari Mas Wiki dari Om Google juga sich. Object
gambar ditangkap camera kalo ada cahaya yang mencukupi masuk melalui lensa (saat
tombol shutter di buka atau tombol ditekan) kedalam sensor cahaya (light sensor)
untuk kemudian diproses menjadi image.
Jadi
da jelas nich cing yach bagaimana proses camera menangkap object kemudian
diproses menjadi gambar. Kagak usah mikirin proses dalam camera itu sendiri
euii …kagak bakal belajar belajar kita nich …yang penting ada cahaya cukup agar
bisa menghasilkan gambar. Nah upaya kita untuk bisa menghasilkan gambar yang
bagus atau sempurna itulah yang kita sebut sebagai exposure. Dengan exposure
yang bagus, akan menghasilkan gambar yang perfect sempurna.
2. Berbagai jenis exposure
Sebelum
melangkah lebih jauh bahasan kita tentang exposure ane mo bahas terlebih dahulu
jenis-jenis exposure dalam fotografi. Perhatikan gambar dibawah ini, ini adalah
hasil gambar dengan exposure yang bagus. Cahaya yang cukup dengan setelan
camera yang sesuai akan menghasilkan exposure yang bagus juga, dan gambar yang
dihasilkan sempurna.
Gb 2 - Exposure yang bagus - Lensa EFL 70-200 IS f/4.0 |
Ketika
suatu camera tidak bisa menerima cukup caharya dari object yang akan kita
potret, dengan kata lain bahwa object gambar tidak mendapatkan sinar yang
mencukupi maka camera akan menerima cahaya lebih sedikit. Akibatnya gambar yang
dihasilkan pun menjadi redup, kegelapan atau kelabu tidak jelas. Kondisi seperti
kita sebut sebagai Under Exposure (UE) – dibawah exposure.
Under Exposure
Untuk
memberikan contoh gambar dengan hasil UE maka gambar berikut sengaja dibuat dan
disetel agar menghasilkan gambar yang gelap alias gambar yang under exposure. Cahaya
kurang, setelan camera yang salah, tidak ada flash hidup, dalam arti setelan
exposure yang kurang bagus. Hasilnya yach ini, walau di potret di luar saat
sore masih cerah, tapi setelan exposure camera yang kurang bagus menghasilkan
gambar yang redup alias gambar yang UE.
Gb 3 - Gambar yang Under Exposure |
Dengan
object yang sama dan juga intensitas cahaya disekitar object juga masih sama,
walau ada sedikit selisih beberapa detik lebih sore sich cing …gambar di potret
lagi dengan setelan yang tepat maka ente lihat nich hasilnya jauh lebih bagus,
lebih cerah gambarnya …ini lah perfect exposure, exposure yang tepat dengan memanfaatkan
cahaya sekitar.
Gb 4 - Gambar dengan exposure diperbaiki |
Over Exposure
Untuk
belajar fotografi lebih jauh kita juga kenali terlebih dahulu gambar yang
kelebihan cahaya atau dikenal dengan gambar yang Over Exposure (OE).
Jika
camera menerima cahaya berlebihan dari object, dengan kata lain ada cahaya
berlimpah disekitar object maka sensor camera akan menangkap object dengan
cahaya berlebihan juga. Apa hasilnya? Gambar yang dihasilkanpun menjadi
berlimpah cahaya alias super cerah, nyentrong, silau maaannn, dan inilah yang
kita sebut sebagai OE.
Perhatikan
contoh gambar dibawah ini, gambar dengan hasil OE. Langit disisi atas kiri
terlihat cerah sekali sangat mengganggu karena cahaya sore diufuk barat lagi
nyentrong …mencorong sangat kuat sementara gambar pasangan ABG ini terlihat
bagus kalau saja cahaya disisi atas itu bisa dinetralkan. Gimana ngakalinnya? Ntar
dulu dech ….
Gb 5 - Gambar yang Over Exposure |
Kedua
ABG ini bukan lagi dipantai lho cing…salah …mereka lagi di pinggir wetland …alias
danau buatan dari bekas galian tambang. Ngapain tuch cewe…lagi main game cing
diliatin ame tuch cowo diatasnya ….cahaya diatas menghasilkan sisi yang
exposure. Jika lensa dilengkapi dengan filter Circular polarized maka hasilnya
akan beda, akan tampil lebih natural.
Agar
ente bisa menghasilkan gambar yang bagus …gambar yang super kate Om Mario Teguh
…maka ente kudu merhatiin teknik exposure dengan bonar cing. Inti dari teknik
exposure adalah mengatur jumlah cahaya yang masuk ke sensor camera sehingga
menghasilkan gambar yang super. Diartikel lain nanti ane mo bahas lebih dalam
masalah ini.
Nah sekarang
ane mo bahas lebih dalem lagi teori dibalik exposure ini, duduk nyang manis and
doa dulu cing…amin.
Konsep Exposure
Belajar
fotografi akan lebih mantap kalau faham betul konsep dari exposure dalam
fotografi. Ada tiga pilar utama dalam exposure yang umum disebut sebagai
segitiga exposure seperti terlihat pada gambar berikut ini. ketiga pilar
segitiga exposure ini berkaitan erat dengan cahaya, bagaimana cahaya masuk dan
berinteraksi dengan sensor camera.
Ketiga
pilar ini adalah:
- Kecepatan ISO – biasa digambarkan dengan angka 80, 100 sampai 1600 bahkan beberapa camera digital bisa sampai 3200.
- Kecepatan shutter – biasa disebutkan sebagai satuan sekian detik cahaya masuk ke sensor camera
- Aperture – adalah bukaan diafragma lensa.
Apa itu
semua? Ntar dulu cing…sabar euii …
Gb 6 Segitiga Exposure |
Jika
kita ibaratkan cahaya sebagai sebagai air yang mancur, maka air yang memenuhi
sebuah gelas dengan penuh itulah ibarat foto dengan exposure yang benar. Masalahnya
berapa lama gelas itu penuh itu yang kita sebut sebagai shutter speed.
Perhatikan
gambar ilustrasi dibawah ini, kran air yang mengisi gelas dengan air. Kran air
itu ibarat diafragma atau aperture. Semakin lebar kran dibuka, maka air
mengucur semakin kuat dan akibatnya gelas lebih cepat penuh. Jadi kalau
diafragma dibuka lebar maka shutter speed semakin cepat memenuhi sensor camera.
Dengan kata lain, diafragma lebar (aperture besar misal f/2.8 atau f/1.8) maka
cahaya masuk lebih besar, sehingga camera njepret semakin cepat.
Sebaliknya
jika kran dibuka kecil saja, maka air mengalir kecil juga dan butuh waktu lama
untuk memenuhi gelas. Jadi kalau diafragma dibuka kecil (atau aperture kecil
misal f/11 atau f/22) maka cahaya yang masuk juga kecil sehingga semakin lama
memenuhi sensor camera, akibatnya camera akan njepret lebih lama.
Gb 7 - Analogy diafragma dan cahaya |
Nah jelas
kan cing, kalo kalo banyak cahaya kan camera kita akan njepret cepat sekali,
alias shutter speed nya tinggi misal 1/200 detik atau 1/400 detik. Sebaliknya kalo
cahaya sedikit maka camera njepret lebih lambat yang mengakibatkan gambar jadi
buram karena goyangan tangan megang camera terasa.
Bagaimana dengan ISO?
Dalam
belajar fotografi diatas kita da bahas kaitan antara shuter speed (kecepatan
camera njepret) dengan diafragma (aperture). Sekarang kita bahas ISO speed.
Komponen
ketiga dalam segitiga exposure adalah ISO speed. ISO itu adalah tingkat
sensitifitas sensor camera terhadap cahaya. ISO menggandakan intensitas cahaya
yang masuk kedalam sensor. Jadi kalau ISO di camera disetel ke setelan rendah
misal 100 atau 80, maka akan butuh waktu lebih lama sensor terexpos atau
terpapar cahaya yang masuk lewat lensa camera. Dengan setelan ISO yang rendah
akan menghasilkan kualitas detail image yang lebih tinggi, lebih jernih dan
lebih tajam.
Sebaliknya
jika setelan ISO camera adalah tinggi misal 800 atau 1000, maka waktu yang
dibutuhkan sensor camera terexpos ke cahaya bakal lebih cepat. Ada sisi
negatifnya yaitu jika ISO semakin tinggi, tingkat noise (gambar berbintik
kurang tajam) juga semakin tinggi. Akibatnya adalah kualitas gambar kurang
tajam, banyak noise karena data yang diterima oleh camera digandakan oleh
sensor.
Setting ISO yang bagaimana?
Belajar
fotografi lebih lanjut tentang ISO adalah kapan menggunakan setting ISO rendah
dan kapan harus tinggi? Setting ISO berkaitan dengan intensitas cahaya yang
ada. Dan semua itu berkaitan dengan kecepatan camera menangkap object atau
kecepatan shutter camera.
Jadi
jika cahaya disekitar object gambar kecil banget, maka loginya adalah menaikkan
setting ISO speed. Di pagi hari atau malam hari yang masih gelap, naikkan ISO
lebih tinggi misal 400 atau 800. Dengan ISO yang tinggi maka kualitas gambar
semakin berkurang, banyak noise, kurang tajam dan berbintik karena camera
menggandakan cahaya yang masuk.
Di siang
hari yang cerah dimana cahaya begitu melimpah, gunakan setting ISO yang rendah
misal 80 atau 100, jadi cahaya yang masuk di camera tidak perlu dilipatkan
sehingga kualitas gambar menjadi sangat bagus sekali dan tajam.
Apakah
aturan ini selalu begitu, kalau cahaya kecil ISO dinaikkan? Tidak selamanya
begitu, misal di malam hari jika kita ingin mendapatkan gambar suasana malam
dari atas gedung misalnya, maka gunakan Tripod dan setel ISO camera pada yang
paling rendah misal 80 atau 100. Tentunya kecepatan camera menjadi sangat
rendah sekali bisa sekitaran 5 atau 7 detik, dna ini sangat rentan terhadap
goncangan camera. Makanya ente kudu pakai Tripod yang kokoh biar camera tidak
goyang sedikitpun sehingga hasil gambar tajam dan indah.
Bersambung
No comments:
Post a Comment